[Update] Inilah Sejarah Konflik Israel-Palestina Selama 100 Tahun Lebih Semakin Memanas

Ketix.id – Namun, pembagian ini memicu ketegangan dan konflik yang cepat meruncing ke dalam perang. Pada 14 Mei 1948, negara Israel secara resmi dideklarasikan oleh pemimpin gerakan Zionis, David Ben-Gurion. Sehari setelahnya, lima negara Arab, yakni Mesir, Suriah, Yordania, Libanon, dan Irak, melancarkan serangan bersama ke Israel. Ini menandai dimulainya Perang Arab-Israel 1948-1949, juga dikenal sebagai Perang Kemerdekaan Israel.

Perang ini berakhir pada tahun 1949 dengan penandatanganan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan negara-negara Arab yang berperang melawannya. Selama perang ini, sekitar 700.000 orang Palestina melarikan diri atau diusir dari rumah mereka, menciptakan masalah pengungsi yang masih berlanjut hingga sekarang.

1967: Perang Enam Hari

Pada tahun 1967, ketegangan antara Israel dan negara-negara Arab mencapai puncaknya. Krisis ini memuncak dalam Perang Enam Hari pada bulan Juni 1967. Israel memenangkan perang ini dengan cepat dan menduduki wilayah baru, termasuk Tepi Barat, Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, dan Dataran Tinggi Golan.

Pendudukan Israel atas wilayah-wilayah ini menciptakan konflik yang lebih dalam dengan Palestina. Pembangunan pemukiman Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza menjadi sumber ketegangan dan konflik terus-menerus antara Israel dan penduduk Palestina.

Intifada Pertama dan Kedua

Pada akhir tahun 1980-an, ketegangan antara Palestina dan Israel mencapai titik ledak. Intifada Pertama (1987-1993) adalah gelombang protes dan kekerasan di Tepi Barat dan Jalur Gaza, yang dimulai pada Desember 1987.

Demonstrasi ini sebagian besar dipimpin oleh pemuda Palestina dan melibatkan bentuk perlawanan sipil dan kadang-kadang tindakan kekerasan terhadap pasukan Israel.

Intifada Pertama berakhir dengan penandatanganan Kesepakatan Oslo pada tahun 1993, yang dimaksudkan untuk menciptakan landasan bagi penyelesaian konflik Israel-Palestina. Namun, meskipun ada beberapa kemajuan dalam proses perdamaian, kesepakatan-kesepakatan yang diharapkan tidak pernah tercapai sepenuhnya.

Intifada Kedua (2000-2005) dimulai setelah kunjungan kontroversial pemimpin oposisi Israel, Ariel Sharon, ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada September 2000. Peristiwa ini memicu protes dan bentrokan, yang kemudian berkembang menjadi konflik yang lebih luas. Intifada Kedua melibatkan serangkaian serangan bom bunuh diri oleh militan Palestina dan operasi militer Israel di wilayah Palestina.

Pada tahun 2005, Israel mengumumkan rencananya untuk menarik diri dari Jalur Gaza. Pada Agustus 2005, pasukan Israel meninggalkan Jalur Gaza dan menyerahkan kendali wilayah tersebut kepada Palestina. Namun, konflik dan ketegangan berlanjut di wilayah tersebut.

Konflik terus berlanjut, dengan serangkaian serangan dan bentrokan yang terjadi secara berkala antara Israel dan Palestina. Pada tahun 2014, terjadi perang singkat di Jalur Gaza yang menyebabkan kerusakan besar di wilayah tersebut dan banyak korban jiwa di antara warga sipil.

Situasi saat Ini

Saat ini, konflik Israel-Palestina tetap menjadi salah satu konflik terlama dan paling rumit di dunia. Meskipun ada upaya-upaya perdamaian dan negosiasi yang berlangsung secara berkala, belum ada kesepakatan yang menciptakan solusi jangka panjang dan adil bagi kedua belah pihak.

Masyarakat internasional terus mendukung pencarian solusi damai dan mendesak dialog langsung antara Israel dan Palestina. Namun, sementara itu, ketegangan dan kekerasan terus meluas di wilayah tersebut, mengakibatkan penderitaan dan kehilangan nyawa di antara warga sipil baik di Israel maupun Palestina. Harapannya, suatu hari nanti, kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan yang mengakhiri konflik panjang ini dan membawa kedamaian dan kestabilan bagi seluruh wilayah tersebut.